motherdaughter

ANAK MAMA!

Quality Time, Family Power – Pdm. Toninardi Wijono, S.Psi, CBA

 

“Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat,

tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.

Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu,

dan mendatangkan sukacita kepadamu”

 (Amsal 29:15, 17)

 

  • SERBA TERSEDIA

 

Ketika sebuah retreat yang akan diselenggarakan oleh sebuah gereja, tiba-tiba seorang kakak panitia mendatangi saya dan menceritakan bahwa ada orangtua yang mohon kepada panitia memperhatikan anak mereka secara khusus sebagaimana dilakukan mereka di rumah. Saat bangun pagi, apa yang harus ia lakukan, termasuk obat apa yang harus diminum, baju yang mana harus dipakai, dan masih banyak lagi. Saya berpikir, jika memang begitu banyak permintaan orangtua pada anak-anak mereka seperti itu, berapa banyak panitia/guru sekolah minggu yang ikut dalam retreat itu? Di sebuah sekolah, ada seorang anak kelas 6 SD masih ditunggu oleh baby sitter nya selama di sekolah. Yang lebih mengejutkan anak tersebut masih disuapi saat jam istirahat makan siang. Belum lagi dilaporkan, adanya anak kelas 5 SD yang masih dimandikan setiap hari oleh asisten rumah tangganya (ART). Tas sekolah yang msih dibawakan sopir, ART, atau security di sekolah? Baru-baru ini, seorang teman juga menceritakan bagaimana anak didiknya kehilangan dompet yang isinya hampir 10 juta rupiah!!  Seorang anak yang masih kelas 1 SMP dengan uang yang dibawanya sungguh fantastis! Generasi yang sepertinya semua telah tersedia dengan fasilitas dan dukungan penuh dari lingkungan sekitarnya. Bisa dibandingkan dengan ratusan tahun yang lalu, bagaimana anak-anak dibesarkan dengan lingkungan yang serba terbatas.

 

  • MELAHIRKAN GENERASI MANJA

 

Kata manja bagi sebagian orang dianggap seperti perilaku yang berlebihan orangtua memberikan fasilitas kepada anak-anak mereka. Anak yang seringkali dijuluki “Anak Mama” karena sedikit-sedikit minta mama, ijin mama, minta mama, dibantu mama, diantar mama, disuapi mama. Generasi yang manja adalah generasi yang tidak siap menghadapi masa depannya. Dalam Amsal 29:15, dikatakan “anak yang dibiarkan” dapat mengandung arti anak itu bertindak sesuka hatinya. Semua keinginan hatinya harus dipenuhi. Hidupnya sangat tergantung dengan fasilitas yang diberikan orangtuanya. Apa yang terjadi jika dibiarkan? Firman Tuhan katakan “akan mempermalukan ibunya”. Firman Tuhan ini membawa saya kepada sebuah gambaran kejadian seperti itu. Seorang anak menangis meraung-raung karena permintaannya tidak diberikan oleh orangtuanya ketika berada di sebuah supermarket. Teriakannya makin keras. Anak ini sedang meminta keinginan hatinya, dan ini mempermalukan orangtuanya. Banyak orang melihat kejadian itu. Terpaksa orangtua anak ini memenuhi keinginan si anak agar berhenti menangisnya, dan tidak lagi merasa malu dengan sekitarnya.

 

Maukah kita melahirkan generasi manja? Maukah kita menggunakan “tongkat” untuk mendidik generasi ini? Tongkat berbicara pendisiplinan dan didikan. Sebagai orangtua, kita lakanakan apa yang Tuhan inginkan dalam mendidik anak-anak kita. Supaya mereka menjadi seperti rajawali yang mampu terbang tinggi melintasi dunia ini. Seperti pohon yang tinggal di tepi aliran sungai di mana menghasilkan buah. Seperti seorang yang membangun rumahnya di atas batu karang dan mampu bertahan saat bencana datang.

 

  • MEREKA PERLU MENDENGAR BUKAN MERENGEK

 

Anak-anak peru mendengar dari orangtuanya bukan sekedar merengek-rengek dalam kemanjaannya. Mendengar bukan hanya melalui suara, tetapi mendengar itu juga bisa berarti melihat. Apa yang perlu mereka dengar?

 

  1. Perlu mendengar kata “PERHATIKAN”

Kata perhatikan ini juga diucapkan Allah kepada umatNya ketika ada pesan atau peringatan penting. Demikian pula anak-anak kita. Mereka memerlukannya ketika kita akan menyampaikan hal penting sebagai peringatan.

“Lihat ayah! Perhatikan! Mainan yang ayah beli ini harus dijaga dan disimpan dengan baik. Itu namanya belajar bertanggung jawab.”

 

  1. Perlu mendengar kata “PRAKTIK”

Memberikan kesempatan anak-anak untuk mempraktikkan tentang apa yang dipelajari. Terutama sehubungan dengan kemandirian sebagai modal menuju tahap dewasa mereka. Perlu kerelaan dan keberanian pada anak-anak saat mereka mencoba, walaupun mereka bisa saja mengalami kegagalan. Dalam mempraktikkan itu, anak akan belajar dari kesalahan maupun keberhasilannya.

“Coba praktikan, ibu ingin melihat bagaimana kamu melipat pakaianmu? Sekalian masukkan masukkan ke dalam lemarimu!”

 

  1. Perlu mendengar kata “TIDAK”

Anak-anak perlu melihat ketegasan orangtuanya. Mungkin kata-kata ini tidak disukai oleh anak-anak kita sebab bersifat larangan. Keinginan hati anak yang tak terpenuhi. Bisa saja anak-anak kita akan marah dengan kita. Tetapi mereka akan tahu, bahwa orangtuanya memiliki pertimbangan yang membantu anak-anaknya bertumbuh dewasa.

Tidak! Engkau tidak boleh pulang terlalu malam. Waktumu belajar dan istirahat”

 

  1. Perlu mendengar kata “TUNGGU”

Kesabaran. Kata ini mengandung makna dan kesempatan untuk belajar tentang kesabaran. Ada waktu untuk menunggu. Tidak bisa semuanya serba “instan” langsung ada dan tersedia. Jika anak bertumbuh dengan tanpa kata “tunggu”, mereka akan menjadi anak yang mudah bosan, anak yang mengambil keputusan gegabah tanpa pertimbangan matang. Ketika anak saya menginginkan sebuah handphone, saya berkata,Tunggu! Belum waktunya. Akan tiba waktu dimana ayah sediakan sesuai dengan kebutuhanmu”

 

  1. Perlu mendengar kata “MELAYANI”

Melayani. Artinya anak-anak diajak untuk menjalani hidup sebagai pelayan dan melayani orang lain. Bukanlah itu yang dikehendaki Yesus kepada semua orang percaya. Bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Hal itu diungkapkan Yesus ketika berbicara kepada para muridNya. Sebagai pelayan dan melayani memerlukan kerendahan hati. Bagaimana anak-kita akan belajar hidup besosialisasi yang sehat. Saling melayani bukan saling menjatuhan.

“Tolong, nak.. ambilkan ayah sepatu di depan pintu!” (walaupun tidak ada kata melayani namun kalimat ini mengandung arti melayani orang lain)

 

 

Demikian, semoga tulisan ini selalu menjadi berkat untuk para orangtua maupun calon orangtua.

 

Demikian, didiklah anak-anak dengan menjadi anak yang takut akan Tuhan, tidak memiliki sikap manja

 

 

 

 

 

No Comments

Enroll Your Words

To Top