KEBUTUHAN ANAK
Jangan dipikir anak-anak hanya membutuhkan makanan bergizi yang mendukung pertumbuhan jasamaninya atau segala fasilitas yang memadai untuk mendukung mereka dalam menjalani hidup ini. Mereka membutuhkan kebutuhan lain selain hal-hal tersebut. Seringkali, kita sebagai orangtua melalaikan hal ini. Karena memang apa yang tampak, lebih mudah untuk menyadarkan kita. Saat anak tampak tidak mau makan, maka segera orangtua dengan berbagai cara bagaimana segera mencari jalan keluar aga anak segera dapat makan kembali. Tidak mau tidur, berat badan menurun, luka di kaki, dan sebagainya. Itu semua yang tampak. Pernahkan kita lebih dalam secara emosi memahami kebutuhan mereka? Bisakah kita menangkan kebutuhan rasa aman pada diri mereka? Mampukah kita merasakan ketakutan dan mereka sedang membutuhkan pelukan kita, daripada sekedar makan makanan yang mereka gemari? Mereka dapat membutuhkan yang lain selain materi yang kita telah sediakan saat ini maupun bagi masa depannya.
Beberapa kebutuhan anak:
- KEBUTUHAN UNTUK DITERIMA (Need of Acceptance)
Dalam pelayanan hal-hal seperti ini apakah sering terjadi?
- Mengkritik anak terus hingga membuat anak merasa gagal, ditolak, tidak mampu?
- Membandingkan dengan murid yang lain?
- Menuntut terlalu tinggi hasil atau standart pada murid kita? (di luar batas kemampuan)
- Terlalu melindungi anak karena banyak kekuatiran?
Jika memang sering terjadi, maka kita sedang menolak (tidak menerima) anak-anak kita.
Tunjukkan penerimaan pada mereka dengan:
- Akui keunikan anak-anak
- Berikan pujian bila ataupun umpan balik yang membangun anak-anak.
- Tunjukkan kasih pada anak dengan perasaan senang bersama mereka.
- Terimalah apa yang mereka senangi (mainan, teman, dll)
- Pertahankan kejujuran dan keterbukaan.
- Belajar mendengarkan (listening).
- Perlakukan anak sebagai anak yang berrharga.
- Selalu memberi kesempatan untuk berkembang.
- KEBUTUHAN DIPUJI
“….disamping cambuk sediakan sebuah apel
yang dapat diberikan pada anak bila ia mengerjakan yang baik.”
Martin Luther
Semua orang perlu diberikan apresiasi dalam bentuk pujian. Saat ada perasaan senang ketika seseorang mendapatkan pujian, ia akan melakukan sesuatu lebih baik lagi untuk menyenangkan orang lain. Dr. George W. Crane (Pengarang & Ahli Psikologi Sosial) mengatakan: “Seni memuji adalah awal dari seni tentang menyenangkan orang lain”
American Institute of Family Relations melakukan penelitian pada ibu-ibu di AS tentang komentar negatif dan positif yang diberikan pada anak-anak mereka didapat hasil bahwa: Diperlukan 4 komentar positif untuk menghapuskan akibat yang ditimbulkan oleh sebuah komentar negatif.
Bagaimana memuji anak yang baik
- Pujilah prestasinya, bukan kepribadiannya
Dengan kata lain, yang diuji adalah hasilnya, bukan sifatnya. Ini juga untuk menghindari anak-anak jatuh dalam kesombongan mereka.
- Pujilah yang anak-anak bisa kerjakan daripada yang tidak bisa dikerjakan.
- Pujilah dengan tulus dan jujur.
- Puji anak saat ia mengerjakan sesuatu atas inisiatif sendiri.
- Usahakan pujian diberikan secepatnya.
- Ingat pujian dapat memberikan semangat.
- Jika kita dianggap penting dalam hidup anak-anak, pujilah mereka.
- KEBUTUHAN DISIPLIN
Arti kata disiplin yang berasal dari kata “disciline” dan “disciple” dari bahasa latin untuk murid, yang artinya memberi pengajaran, mendidik, dan melatih. Tujuan pendisplinan selalu mengarah pada pembentukan karakter ilahi sesuai dengan standart dan kebenaran Firman Allah.
Menurut Dr. James Dobson, Universitas Southern California, disiplin yang baik memiliki Prinsip sebagai berikut:
- Mengembangkan rasa hormat pada orangtua
- Menyadari bahwa komunikasi sering menjadi lebih baik setelah hukuman dijatuhkan
- Kontrol tanpa rengekan
- Tidak membanjiri informasi yang berlebihan.
- Hindari perilaku ekstrem dalam kontrol dan kasih.
- KEBUTUHAN RASA AMAN (Need of Secure)
Dalam perkembangan menghadapi dunia di luar dirinya yang penuh dengan tantangan dan situasi yang tidak mereka harapkan bahkan lebih dari apa yang mereka bayangkan, anak-anak perlu ada yang memberikan rasa aman pada dirinya. Jika kita tidak dapat memberikan rasa aman pada anak-anak, mereka akan mencari rasa amannya di luar kita, dunia dapat memberikannya. Tentunya dengan kesesatan dan kerusakannya. Teman-teman mereka juga bisa menjadi sasaran mereka untuk mencari rasa aman.
Rasa tidak aman (in-secure) bisa muncul karena:
- Pertentanngan yang terjadi pada orangtua
- Tempat tinggal (kelas) yang berpindah-pindah.
- Pendisiplinan yang tidak benar, standart tidak jelas.
- Ketidakhadiran orangtua tergantikan oleh yang lain.
- Celaan dan kritikan yang terus menerus.
- Orangtua sendiri merasa tidak aman (in-secure)
Bagaimana membentuk rasa aman pada anak-anak:
- Rasa aman yang diawali oleh orangtuanya.
- Kasih yang tulus
- Kebersamaan
- Kebiasaan yang rutin teratur dan disiplin yang tepat.
- Sentuhan, touch pada anak-anak (pelukan, belaian, gandengan)
- Dijadikan bagian dalam keluarga/kelompok hingga merasa dimiliki.
- KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI (Need of Love)
Anak-anak yang hidup tidak dan tidak merasakan cinta dari orangtuanya, akan mempengaruhi perkembangan dan keribadiannya. Ketika tidak dicintai maka anak-anak juga akan sulit mencintai oranglain. Oleh karena itu terlebih dahulu Allah mencintai manusia dan memilih kita untuk dijadikan anakNYA, ahli waris Kerajaan Sorga agar kita dapat mengasihi orang lain.
Beberapa hal tentang cinta terhadap anak-anak;
- Cinta adalah respon yang bisa dipelajari.
- Kemampuan anak dalam mencintai orang lain dipengaruhi cinta antara kedua orangtuanya.
- Ungkapkan cinta.
- Buktikan cinta dengan tindakan.
- Mencintai dengan bentuk belajar mempercayai anak-anak.
- Belajar untuk mendengarkan.
- Membagikan pengalaman dan memiliki pengalaman bersama.
- Buka hubungan yang aman dan terbuka.
- Buktikan bahwa anak-anak lebih penting dari benda, pekerjaan, atau tugas,
- KEBUTUHAN PERASAAN BERARTI
Seringkali kita menganggap anak-anak sudah dianggap berarti dalam keluarga karena kita berasumsi yang salah. Asumsi-asumsi yang salah itu adalah:
- Bahwa hubungan anak dengan orangtua ada prioritas utama kita dibandingkan hubungan antara suami dan istri. BUKAN!
Alfred A. Nesser, Emory University School of Medicine mengingatkan “Barangkali elemen yang paling penting pada bubarnya sebuah keluarga/perkawinan adalah karena hidup yang berpusat pada anak”
Bila seorang istri tidak mencintai suaminya lebih dari pada anaknya, baik anak maupun keluarganya dalam keadaan bahaya. Paparan Louis M. Terman.
Hubungan cinta dan harmonis antara suami dan istri akan sangat berdampak pada anak-anak. Kebahagiaan mereka akan dirasakan oleh anak-anak.
- Bahwa anak ber”hak” menjadi pusat perhatian. BUKAN!
Anak-anak bukan menjadi pusat dari keluarga, tetapi hubungan suami-istrilah yang menjadi pusat.
- Anak harus didorong agar secepatnya menjalankan peran lebih matang. JANGAN!
Kematangan tidak dapat dipaksakan tetapi merupakan sebuah proses. Pemaksaan orangtua malahan berakibat tidak berimbangnya usia dan perkembangan anak. Sering terjadi pula tuntutan yang diberlakukan pada anak-anak itu adalah bentuk “dendam” masa lalu orangtua yang belum terbalaskan. Misal: Waktu kecil tidak punya kesempatan menari, maka anaknya segera dikursuskan menari.
Menciptakan perasaan berarti pada anak:
- Orangtua sendiri merasa hidupnya berharga dan berarti dan sampaikan pada anak.
- Biarkan anak-anak belajar membantu tugas rumah/gereja.
- Kesempatan untuk memperkenalkan diri.
- Beri kesempatan anak untuk bicara tentang dirinya atau buka peluang untuk itu.
- Beri kesempatan untuk memilih dan informasi resikonya.
- Luangkan waktu untuk anak-anak.
- Berilah kepercayaan dan belajar mempercayainya.
- KEBUTUHAN AKAN YESUS
Anak-anak perlu Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Anak-anak juga menjadi bagian rencana Allah di muka bumi agar Kerajaan Allah ditegakkan tanpa membedakan dengan orang dewasa. Bukti-bukti ini dapat dilihat dalam beberapa kejadian di dalam Perjanjian Lama. (Yoel 2:16, Ezra 10:1, Yunus 3:5, 2 Taw 20:13).
Dalam Ulangan 6:4-9, Musa memberikan perintah pada bangsa Israel untuk setiap keluarga mengajarkan, memberitahukan, mendidik anak-anak mereka tentang Allah dan perbuatan-perbuatanNYA. Ini kebutuhan bagi anak-anak. Anak-anak memerlukan Tuhan dalam hidup mereka agar mereka:
- Mengetahui posisi mereka sebagai anak berdosa dan memerlukan Yesus sebagai Juruselamat mereka.
- Hidup dalam takut akan Tuhan serta mengenal karya-karyaNYA.
- Dapat terlibat (dijadikan alat Tuhan/melayani) dalam rencana Allah di akhir jaman.
- Memiliki pengalaman bersama DIA dalams setiap kehidupannya.
- Mempersiapkan diri untukmenyambut kedatangan Yesus kedua kali.
5 Bahasa Cinta yang dapat ditunjukkan pada anak
Bagaimana anak-anak kita tahu bahwa kita sangat mengasihi dia? Tidak hanya cukup dengan kata-kata dan pemberian saja, namun menurut Gary Champman, PHd ada 5 cara yaitu;
- SENTUHAN
- KATA-KATA YANG MENGUATKAN
- WAKTU
- HADIAH – PEMBERIAN
- TINDAKAN MELAYANI
Kelima bahasa, itu disebutnya sebagai bahasa cinta. Tidak hanya berlaku antara orangtua dan anak, namun Gary juga mengungkapkan bahwa ini berlaku bagi siapa saja. Baik antara suami dan istri, maupun anak kepada orangtua.
SENTUHAN
Berikan sentuhan pada anak saat mereka membutuhkan. Sentuhan kita sangat berarti bagi anak-anak. Seorang peneliti mengungkapkan bahwa 8 kali sentuhan sehari yang diberikan kepada anak akan memberikan dampak positif dalam perkembangan emosinya di masa depannya. Selain itu, sentuhan-sentuhan dapat juga mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan. Penelitian ini dilakukan kepada para pasien di rumah sakit beberapa waktu yang lalu.
KATA-KATA YANG MENGUATKAN
Telah dijelaskan di atas, bahwa perkataan sangat mempengaruhi jiwa anak-anak kita. Melalui perkataan kita seberapa sering melontarkan “kebencian” kepada mereka. Kadang keluar dari mulut kita kutukan dan caci maki yang menyakitkan mereka. “Bodoh!”, “Kamu pembuat masalah!”, “Kamu tidak berguna! Pergi!”, “Kurang Ajar!” dan masih banyak lagi kata-kata yang lebih jorok dari itu.
Dampak perkataan-perkataan buruk bagi makhluk hidup telah dilakukan oleh seorang ilmuwan Jepang, Prof. Dr. Massaru Emmoto dalam bukunya berjudul “The Hidden Messages in Water” dimana ia meneliti dan membuktikan bahwa air yang ditempel dan setiap hari dikata-katai kalimat negatif, setelah dilihat di mikroskop kristal airnya tidak terbentuk sempurna. Artinya rusak. Sebaliknya, air yang ditempel dan setiap hari diberi kata-kata positif, menghasilkan kristal sempurna. Sebagai manusia yang 80% tubuh kita terdiri cairan! Artinya anak-anak kita memerlukan kata-kata positif karena akan menyehatkan tubuhnya, bukan? Ditambah dengan penelitian yang dilakukan oleh Bruce Perry, seorang ilmuwan dari Children Mental Health Centre Colorado, AS mengungkapkan bahwa anak yang mengalami “kekerasan” secara verbal (perkataan) maka tubuhnya akan mengeluarkan hormon kortisol yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh. Anak menjadi mudah sakit.
WAKTU
Banyak kesibukan menyita waktu berharga bersama-sama dengan anak-anak kita. Tanpa disadari, waktu bagi anak-anak adalah cinta. Time is love! Demikian yang berlaku di pikiran anak-anak. Waktu bersama mereka akan memberikan kesempatan terjalinya komunikasi baik secara verbal maupun non verbal yang mempengaruhi tumbuh kembang mereka. Waktu tak akan pernah kembali. Waktu bukannya tidak ada, waktu itu ada. Masalahnya seringkali kita tidak memasukkannya dalam agenda hidup kita waktu bersama dengan anak-anak kita.
Ada 4 waktu yang tersedia bagi orangtua untuk menyediakan –memberikan- waktu bagi anak-anaknya.
- Waktu Duduk
Kapankah kita banyak menggunakan waktu untuk duduk bersama dengan keluarga?
- Waktu makan
Gunakan waktu makan bersama untuk berkomunikasi dengan anak-anak. Kebiasaan makan bersama saat ini banyak yang luntur dan dilupakan padahal kebiasaan itu sangat besar manfaatnya.
- Waktu bermain dan rileks
Ciptakan permainan yang bisa dilakukan bersama-sama dengan anak-anak. Jika ada waktu santai, duduklah bersantai dengan anak-anak.
Peran Orangtua: Sebagai PENGAJAR (Guru)
Mengajarkan tentang nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan, pembentukan karakter, peraturan, standart.
- Waktu dalam Perjalanan
Dalam perjalanan, lakukan perjalanan bersama dengan anak-anak. Mungkin hanya dekat saja, namun tetap bisa bersama. Menjemput sekolah, mengantar les, membeli buku, mengantar sekolah, dll. Sering kita melepaskan anak-anak kita kepada orang lain tanpa berinteraksi langsung dengan kita. Sopir, antar jemput, anak tetangga.
Perjalanan, adalah waktu yang Tuhan mau kita menyampaikan sesuatu dan berkomunikasi bersama dengan anak-anak kita. Seringkali kita orangtua berinteraksi dengan rekan bisnis atau sahabat kita saat bersama-sama dalam perjalanan bersama anak-anak
Peran Orangtua: Sebagai SAHABAT
Secara bebas bercerita tanpa batas usia dan status. Masuk ke dalam dunia anak-anak dengan cara pandang yang berbeda. Dalam hal ini kita harus memahami anak-anak dan masuk ke dalam dunia mereka karena kita memiliki pengalaman menjadi anak-anak. Setidaknya itu adalah modal kita sebagai orangtua. Ceritakan kesaksian dan pengalaman, bercanda yang positif.
- Waktu Berbaring
Waktu menjelang anak-anak tidur. Bisa dalam bentuk mezbah keluarga atau berbicara secara santai. Dalam kondisi menjelang istirahat tidur biasanya tubuh dan pikiran lebih rileks, waktu ini gunakan untuk bersama dengan anak-anak dan berkomunikasi dengan dengan mereka.
Peran Orangtua: Sebagai KONSELOR
Menggali dan menelusuri berbagai kejadian yang dialami atau menjadi masalah yang sedang dihadapi anak-anak. Berikan rasa aman dan ruang terbuka atas kejujuran mereka. Seorang konselor yang baik adalah konselor yang memiliki kemampuan mendengar (listening). Dalam waktu ini mungkin lebih banyak anak bicara daripada kita orangtua mereka.
- Waktu Bangun
Di pagi hari waktu menyambut hari dengan mezbah keluarga bersama adalah waktu yang menyegarkan. Bukan waktunya marah dan penuh ketegangan. Berikan semangat kepada anak-anak kita
Peran Orangtua: Sebagai PELATIH
Sebagai seorang pelatih, orangtua memberikan semangat kepada anak-anaknya untuk menghadapi hari ini. Memberikan kekuatan dan mengingatkan hal-hal yang perlu diperhatikan saat mereka sekolah, olahraga, ujian, atau bermain dengan teman-temannya. Pelatih tidak membuat orang lain putus asa dan mengharapkan kekalah. Pelatih tidak membuat orang lain tidak memiliki harapan. Pelatih mengharapkan setiap orang menang. Kuatkan dengan berkat, doa, dan Firman menjelang anak-anak kita menghadapi tantangan setiap hari.
Tidak adakah waktu dari ke-empat kemungkinan yang dapat kita berikan untuk anak-anak kita sehingga waktu yang berkualitas ada antara kita dengan anak-anak kita?
“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian,hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”
(Mazmur 90:12)
HADIAH
Hadiah jika diberikan tepat pada waktunya dengan tujuan yang jelas maka akan besar dampaknya. Dalam memberikan hadiah atau pemberian, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah;
- Waktu pemberian
- Jenis hadiah yang disesuaikan dengan usia dan manfaat
- Ada kejelasan setiap hadiah atau pemberian
- Bukan merupakan bentuk rasa bersalah
Hadiah atau pemberian dapat menjadi bentuk cinta kita terhadap anak-anak kita. Karena hadiah itu dapat memperkuat ikatan emosi antara orangtua dan dan anak-anak.
TINDAKAN MELAYANI
Cinta tanpa perbuatan adalah omong kosong. Seringkali ktia mengatakan mencintai anak kita, tetapi kita mau menjeput anak di sekolahnya, tidak mau datang ke sekolah untuk mengambil raport. Prinsip melayani adalah kerendahan hati dan berkorban.
Tindakan adalah bentuk nyata rasa cinta kita terhadap anak-anak kita.
Toninardi Wijono, S.Psi, CBA
No Comments