Ibadah anak yang kita kenal dengan istilah ibadah Sekolah Minggu (Sunday’s School) adalah merupakan bagian ibadah secara keseluruhan. Sekolah Minggu harus dianggap menjadi satu kesatuan dengan ibadah yang lain, yang intinya adalah pertemuan jemaat dengan Tuhan dalam tubuh Kristus. Pujian, penyembahan, penyampaian Firman Tuhan menjadi bagian dalam tata ibadah secara umum, yang pada dasarnya adalah untuk membangun. (Efesus 5:19, Kolose 3:16, I Korintus 14:26).
M E N G A J A R
Mengajar menjadi bagian dalam ibadah, termasuk di dalam ibadah Sekolah Minggu. Semua bentuk pengajaran sebenarnya mengarah pada satu tujuan yang sama, yaitu untuk memahami, mengetahui, dan menguasai sesuatu. Dalam hal ini adalah Firman Tuhan. Bagaimana jemaat (anak-anak) dapat memahami, mengetahui, dan menguasai Firman Tuhan, dalam artian melakukan sesuai dengan apa yang dikuasai, yaitu Firman Kebenaran. Banyak metode yang digunakan dalam mengajar, yang tentunya disesuaikan dengan banyak hal. Seperti latar belakang budaya, pendidikan usia, jumlah, lokasi, dan materi yang akan disampaikan. Bagaimana dengan anak-anak di Sekolah Minggu? Diperlukan suatu metode khusus untuk mempermudah anak-anak menerima Firman dengan mudah untuk ditangkap. Salah satu metode yang dapat dipakai adalah metode BERMAIN (PLAYING).
Penyampaian Firman sangat efektif bila ada interaksi. Yesus bersama-sama dengan mudrid-mmuridNYA berinteraksi. Dialog. Terjadi komunikasi 2 arah, bertanya, berdiskusi, menjelaskan, melihat contoh nyata, dan mengalaminya bersama-sama.
Kisah 20:7 ..Paulus berbicara (Yunani: dielegeto – dialog) kepada orang-orang..” Ada proses interaksi dalam mengajar. Metode bermain memberikan kesempatan bagi pengajar dan anak-anak untuk saling berinteraksi bahkan dalam dialog untuk mengerti tentang Firman Tuhan.
B E R M A I N
Dasar metode permainan pada anak-anak ini adalah berangkat dari pola belajar melalui pengalaman-pengalaman (Experential Learning atau Learning by Doing). Ayub pernah berkata bahwa ia mengenal Allah bukanlah lagi dari kata orang tapi dari pengalaman-pengalaman pribadinya dengan Allah. (Ayub 42:5). Pola belajar dengan belajar dari pengalaman ini banyak digunakan orang dalam pelatihan-pelatihan sekuler karena dianggap cukup efektif dan praktis.
BEBERAPA HAL TENTANG PERMAINAN
Fromberg (1987) atas risetnya tentang permainan, mengungkapkan bahwa permainan menyediakan banyak ”fungsi” yang sangat tergantung pada interaksi di antara orang dewasa dan anak-anak. Sebuah tema yang konsisten dalam hal ini adalah bahwa anak-anak perlu diajari permainan melalui ”teladan”
Penelitian lain yang diungkapkan oleh Meckley (1994), bahwa perilaku canggih dapat ditunjukkan oleh anak-anak usia 4-5 tahun tanpa didampingi oleh orang dewasa. Anak-anak dpat menunjukkan kompetensinya dalam membentuk tema, dan event. Misalnya dengan permainan sosiodramatik.
Pada ungkapan kedua ahli tersebut sudah dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dengan metode permainan, tampaknya cukup efektif. Namun perlu diperhatikan faktor usia dalam penerapannya. Seperti yang diungkapkan oleh Sylva (1980) bahwa usia akan mempengaruhi mereka dalam pemahaman melalaui pengalaman bermain…
DAMPAK DALAM BERMAIN
Dari sebuah permainan dalam ibadah Sekolah Minggu dalat menimbulkan beberapa dampak. Untuk itu kita akan melihat dampak positif yang dapat ditimbulkan:
- Anak-anak merasa sedang dalam dunia mereka.
- Mencairkan suasana kekakuan (ice breaker – energizer).
- Terciptanya keakraban antara Guru dan Murid karena dapat terlibat bersama-sama.
- Efektif dalam penyampaian suatu materi atau tujuan tertentu. (Dengan tidak meninggalkan faktor lain sebagai pendukung. Misal: Usia. Latar belakang budaya, dsb)
Sedangkan dampak negatif yang mungkin bisa terjadi:
- Usia tertentu merasa dirinya dianggap sebagai anak-anak.
- Kelompok menjadi tidak terkendali.
- Munculnya resiko cidera dan emosional yang tinggi. (Marah, kecewa, sedih, dendam, dll)
BERMAIN DALAM SEKOLAH MINGGU
Bermain dalam Sekolah Minggu dapat dilakukan dalam beberapa even atau acara tertentu. Kadang bisa digabungkan dalan puji-pujian tanpa kehilangan makna. Tentang bermain dalam ibadah ini masih ada beberapa yang tidak setuju, sebab dianggap merusak liturgi yang sudah baku dalam gereja. Selama proses pertemuan anak-anak dengan Tuhan dan mereka terbangun mengenal Yesus, masalah ini tidaklah perlu diperpanjang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bermain di Sekolah Minggu:
- Tujuan / Goal
Setiap permainan HARUS ada tujuan yang akan dicapai. Dan hal ini dikaitkan dengan kebenaran Firman Tuhan. Terutama kalau memang permainan (aktifitas) itu hendak dikaitkan dengan pelajaran yang akan disampaikan.
- Usia
Perhatikan usia yang terlibat di dalam permainan. Range usia jangan terlalu jauh, ini sedikit menyulitkan perilakuan dalam permaianan. Misal, pesertanya adalah anak-anak balita sampai tunas remaja. Usahakan untuk membuat usia yang rata-rata sama.
Untuk usia lebih tua, mungkin dapat dilakukan pendalaman akan pemahaman di balik pengalaman mereka secara mendalam.
- Waktu permainan
Jangan menggunakan waktu permainan menjadi lebih lama dibandingkan dengan pujian/penyembahan atau penyampaian firman Tuhan. Lakukan secara proporsional sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.
Permainan juga dapat merusak hadirat Tuhan! Hati-hati! Misalnya saat anak-anak sedang menikmati hadirat Tuhan dalam penyembahan mereka, tiba-tiba pemimpin pujian mengajak mereka bermain.
- Tempat dan Sarana pendukung
Hal ini akan menentukan jenis permainan atau aktifitas apa yang akan dilakukan bersama. Perhatikan lokasi, misal di dalam ruangan atau di luar ruangan.
JENIS PERMAINAN
Hanya ada 2 bagian besar jenis permainan. Yaitu yang bersifat Competitive dan Non-Competitive. Masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan.
Competitive Playing
Permainan-permaian yang bersifat lomba dengan mencari pemenangnya. Kelebihan dalam jenis ini adalah setiap anak anak terpacu dengan semangat untuk menjadi lebih unggul dibandingkan dengan yang lain. Di balik itu mungkin dapat muncul persaingan yang membawa anak-anak pada kesombongan serta merendahkan teman yang lain. Demikian pula yang kalah akan muncul perasaan rendah diri dan sedih dalam emosi.
Contoh permainan:
- Permainan memasukkan bola dalam keranjang
- Permainan membawa kelereng dengan sendok, dll
Non-Competitive Playing
Permainan ini tidak akan memunculkan persaingan. Itulah kelebihannya. Ditambah dengan perasaan pada anak-anak yang melakukan merasa gembira dan dapat dinikmati bersama-sama. Kelemahannya, permainan jenis ini sulit melibatkan anak-anak, karena mereka sudah terbiasa hidup untuk bersaing, mereka tidak mendapatkan kebanggan atas kemenangan.
Contoh permainan:
- Sosiodramatik – Role Play
- Gerak dan Lagu dalam puji-pujian, dsb
- Tracking
P E N U T U P
Dalam semua hal itu di atas tentang mengajar dengan metoda bermain yang lebih penting adalah bagaimana seorang Guru Sekolah Minggu dapat mengajar dengan penuh Kuasa dari Tuhan. (Markus 1:22) Yesus mengajar dengan penuh Kuasa, dan firman itu hidup di dalamNYA. Amin! Tuhan memberkati.
By : Pdm. Toninardi Wijono, S.Psi
No Comments