“Maka Yesus mengambil seorang anak kecil
dan menempatkannya di tengah-tengah mereka…”
(Markus 9:36)
Pada suatu kesempatan, saya menemukan seorang ibu yang sedang memangku anaknya di pinggir jalan. Ketika kami melihat keadaan anak tersebut yang tampak lemas, dalam hati saya untuk segera menolong mereka. Kami langsung menghapiri mereka dan membawanya singgah di rumah, walaupun hanya sejenak karena menurut sang ibu mereka akan pulang ke luar kota dan tidak memiliki biaya untuk ongkos pulangnya. Sedangkan sang anak laki-laki yang berumur sekitar 10 tahunan itu tampak sedang sakit. Kami menawarkan obat, hingga dokter tetapi ditolaknya. Akhirnya saya dan istri menawarkan untuk mengantar ke terminal bis dan memberikan sejumlah uang untuk ongkos pulang serta biaya berobat anaknya. Selang beberapa waktu kemudian, kami dikejutkan dengan keberadaan mereka berdua di sebuah jalan yang berbeda. Dengan modus yang sama. Di pinggir jalan, anak laki-lakinya dipangku dan menanti belas kasihan! Anak-anak itu dimanfaatkan ibunya untuk meminta belas kasihan pada orang lain.
Kisah ini hanya sebagian kecil yang terjadi diantara banyak anak yang dimanfaatkan (baca: ekploitasi) oleh orang tuanya. Bagaimana anak-anak dijadikan pengemis. Bahkan di Jakarta ada “persewaan” anak/bayi yang dapat digunakan untuk memancing belas kasihan pada para pengendara kendaraan di banyak perempatan. Keberadaaan anak semata-mata hanya dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya sendiri.
INDONESIA DAN EKPLOITASI ANAK
Eksploitasi Anak adalah bentuk tindakan me”manfaat”kan untuk kepentingan pribadi. Anak dijadikan sebagai obyek pemenuhan kebutuhan orang dewasa, atau orangtua. Sesuai dengan UU RI No 23/2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 13 ayat 1 yang berbunyi:
“ setiap anak selama dalam pengasuhan orangtua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan. Berhak mendapatkan perlindungan dari perilaku “ :
- Deskriminasi
- Eksploitasi,baik ekonomi maupun seksual
- Penelantaraan
- Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan
- Ketidak adilan dan
- Perlakuan salah lainnya.
Eksploitasi yang ada saat ini bisa berbentuk sexual abuse (kejahatan seksual), pengemis jalanan, pencuri, perampok, pengedar narkoba, pekerja anak, bahkan pekerja seks anak di mana intinya anak-anak dijadikan obyek demi kepentingan orang dewasa termasuk orangtuanya.
Di Indonesia angka dan data statistik tentang ekploitasi anak sangat memprihatinkan. Sebagai contoh tentang anak yang diperkerjakan di tahun 2009, sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) bekerjasama dengan ILO (International Labor Organization) bahwa ada 4.1 juta pekerja anak di Indonesia. Artinya ada 6.9% dari 58.7 juta anak berusia 7-15 tahun saat ini bekerja. Lebih lanjut, 1.7 juta dari mereka bekerja di lapangan kerja yang buruk, seperti perbudakan, ekploitasi sosial, kegiatan lain yang ilegal, lingkungan kerja berbahaya (moral, kesehatan, keselamatan).Pemerintah harus segera bergerak dan melakukan tindakan nyata akan fenomena ini.
YESUS DAN ANAK-ANAK
Apa yang dilakukan Yesus sangat menarik dan memberikan contoh yang nyata. Saat Yesus mengambil anak dan meletakkannya di tengah-tengah muridNya adalah sikap yang menunjukkan bahwa Yesus melibatkan anak-anak dalam kapasitasnya serta menjadikannya subyek. Bukan “hanya dimanfaatkan”.
“Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.”
(Markus 9:37)
Pernyataan Yesus tentang anak-anak memberikan ketegasan berikutnya. Anak-anak harus disambut dengan namaNYA, dan memposisikan betapa pentingnya anak-anak sehingga dianggap sama dengan menyambut DIA, jika kita menyambut anak-anak dalam namaNYA.
Dalam perjalanan pelayanan Yesus selama 3.5 tahun, ada begitu banyak peristiwa di mana anak-anak dilibatkan dalam pelayanannya. Membangkitkan anak Yairus, saat Yesus mengadakan mujizat dari 5 roti dan 2 ikan yang didapat dari seorang anak, peristiwa lain saat anak-anak bersorak ketika Yesus memasuki Yerusalem dan banyak orang marah dan Yesus membelanya. Yesus benar-benar menempatkan anak-anak sebagai bagian untuk tubuhNYA. Yesus tidak memanfaatkan anak-anak demi kepentinganNya, namun menjadikan anak-anak sebagai anakNya sendiri dan warga Kerajaan Sorga.
- KELUARGA DAN EKSPLOITASI
Saat kita melihat apa yang terjadi di luar kita, di mana ada banyak anak yang mengalami ekploitasi di usia belianya, pertanyaannya adalah: Apakah kita juga melakukannya? Apakah kita memberlakukan anak-anak kita demi ambisi dan kepentingan kita? Sebuah kasus yang seringkali terjadi adalah, lahirnya ambisi orangtua kepada anak-anaknya karena “dendam” masa lalu yang belum terwujud. Seorang anak diikutkan begitu banyak les (tambahan pelajaran) sampai tak ada waktu untuk bermain hanya karena ambisi orangtua agar anaknya menjadi “juara” di sekolah. Penyebabnya, orangtua di masa lalunya tidak pernah juara kelas dan selalu diejek karena ketidakmampuannya. Lain kasus, seorang gadis mungil diikutkan tambahan les balet. Setelah ditanya, orangtua menerangkan bahwa dulu ia ingin menjadi penari balet, tetapi tak ada uang untuk mengikuti les seperti sekarang ini. Tanpa ditanyakan kepada anak atau orangtua benar-benar melihat adanya bakat seringkali langsung dileskan ini dan itu sehingga anak-anak menjadi tertekan hanya untuk memenuhi ambisi orangtuanya. Seorang remaja dianggap tidak memiliki kemampuan secara akademik dan diberikan label “tidak mampu” saat akan melanjutkan sekolah di tingkat lanjutan atas. Setelah didalami, ternyata ia tidak memiliki waktu belajar dengan baik karena harus menjaga toko sepanjang hari seusai sekolah. Ia harus memikul beban ekonomi orangtuanya dan dipekerjakan secara berlebihan melebihi kapasitasnya. Alasan klise, masalah ekonomi. Mereka semua tak ada lagi waktu untuk menggali potensinya, mengembangkan diri, belajar, bermain, dan bersosial secara sehat.
- LIHAT KEINDAHAN DI BALIK USIANYA
Jadikan setiap anak adalah berharga seperti Yesus lakukan. Berikan rasa aman dan dampingi mereka untuk menemukan potensi yang Tuhan berikan dalam dirinya. Libatkan anak-anak dalam kegiatan gereja, pelayanan, maupun kegiatan positif lainnya. Bawa mereka masuk dalam rencana Tuhan yang mulia, bukan hanya memenuhi ambisi kita sebaga orangtua. Setiap manusia, termasuk anak-anak dan remaja itu adalah ciptaan Tuhan yang dahsyat dan ajaib, bimbing mereka untuk menyadari hal itu.
Jika kita menemukan itu terjadi di sekitar kita, dimana ada anak atau remaja diekploitasi oleh orang dewasa cobalah untuk menjadi bagian memecahkan permasalahan itu dengan baik. Menemukan solusi dan berdoa bagi mereka.
No Comments