“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” *)
*) domba: Arnion dalam bahasa Yunani. Artinya domba kecil
– Yohanes 21:15Dalam sebuah ibadah di sebuah gereja, tiba-tiba mata saya tertarik dengan beberapa pemandangan yang menarik. Tepatnya ada beberapa anak yang sedang memainkan tablet atau smartphone orangtuanya sementara ibadah berlangsung. Di depan saya, seorang bocah sedang memiring-miringkan tablet sambil tersenyum sendiri, orangtuanya berdiri bertepuk tangan memuji Tuhan. Sementara itu tak jau dari si bocah, seorang gadis cantik sedang mengotak-atik handphone milik mamanya tanpa mempedulikan pujian yang sedang mamanya nyanyikan. Di belakang saya, ada seorang anak juga melakukan hal yang sama. Hanya dalam sekilas pandang, lebih dari 3 anak sedang bermain dan asyik dengan gadget sementara ibadah berlangsung. Keprihatinan saya adalah, dimana peran orangtua dalam mendidik anak-anak mereka agar dapat beribadah. Jika memang dirasa ibadah dewasa tidak cocok bagi anak-anak, mengapa tidak mereka antar anak-anak ibadah di kebaktian anak-anak (Sekolah Minggu)? Orangtua kadang terlihat egois, ingin makan makanan rohani sendiri tanpa pedulikan anak-anak mereka. Anak-anak juga memerlukan makanan rohani dan digembalakan.
Lain orangtua, juga lain dengan gereja. Saya pernah melayani di sebuah gereja dimana anak-anak sekolah minggunya beribadah di tempat jemuran baju, sementara mereka yang dewasa menikmati tempat ibadah yang nyaman dan luas. Di gereja lain, anak-anak sekolah minggunya di trotoar sebuah ruko dengan kursi yang ditata seadanya, sementara ibadah orang dewasanya di lantai 2 dengan merasakan dinginnya air condition (AC). Alasan “klise” biasaya pendeta atau pengurus gereja mengatakan bahwa “..tidak ada tempat lagi..” Sepertinya tidak adil. Bukankah anak-anak itu juga adalah domba-domba yang harus digembalakan? Miliki Yesus, sang Gembala Agung.
DUNIA MENGGEMBALAKAN ANAK
Ketika gereja dan orangtua tidak segera bertindak untuk menggembalakan anak-anak dengan baik seperti perintah Yesus yang disampaikan kepada Petrus (Yohanes 21:15) maka peran ini akan segera diambil alih oleh dunia yang dikendalikan oleh kuasa gelap. Dunia sudah menggunakan berbagai cara untuk merebut dan mengggembalakan anak-anak. Televisi, Internet, Permainan elektronik (game elektronik), dan musik sebagai sarana untuk menjanjikan kenikmatan bagi siapa saja melihat dan mendengarnya. Sebuah penelitian dan survei di Inggris menunjukkan bahwa dalam satu hari seorang anak berusia 5-16 tahun rata-rata menghabiskan 1.5 jam untuk melotot di depan komputer/laptop, 1,1 jam sibuk dengan HP atau gadget mereka, dan 1,4 jam bermain game.[1] Lalu bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia, rata-rata anak menghabis waktu 4 jam untuk menonton TV dalam 1 hari, sama dengan 15 hari kerja orangtua mereka saat di kantor.[2] Bukti yang menguatkan bahwa anak-anak sudah di”gembala”kan oleh dunia melalui media adalah perilaku, gaya bicara, sikap, dan gaya hidup mereka sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka tonton, dengar, dan mainkan selama ini. Acara YKS (Yuk Keep Smile) salah satu program TV swasta yang akhir-akhir ini sangat digemari oleh banyak pemirsa di Indonesia. Acara ini banyak mempengaruhi anak-anak. Bagaimana gaya menari caesar yang unik, terus sambil menyilangkan telunjuk di dagu sambil berteriak,”Keep Smile” belum lagi candaan “sarkas” (kasar) yang sering ditampilkan dengan olok-olokan yang menjatuhkan orang lain. Semua itu ditiru dan diucapkan. Masih belum percaya? Kembali di sepanjang tahun 2006, berapa banyak anak menjadi korban dan pelaku kekerasan karena hanya ingin mempraktekkan gaya-gaya gulat ala “Smack Down” yang ditayangkan oleh salah satu stasiun TV Swasta. Diantaranya: Reza (9)- tewas, Maryunani (9) – gegar otak, Firdaus (9) – Memar sekujur tubuh, Angga (10) – jahitan di beberapa bagian tubuh, Arif (5) – patah tulang, Hidayat (12) – patah tulang, Fikri (10) – kepala memar diseret temannya menuruni tangga, dan masih banyak lagi.[3] Ini masih dalam bentuk kekerasan, belum pornografi dan gaya hidup. Benar-benar anak-anak sedang digembalakan oleh dunia.
Apakah kita sebagai gereja akan tetap tinggal diam berpangku tangan? Apakah sebagai orangtua kita menyerah menghadapi hal ini? Apakah saudara mengasihi Tuhan Yesus? Jika jawaban saudara adalah YA, segeralah gembalakan mereka.
MENGGEMBALAKAN ANAK-ANAK
Bagaimana menggembalakan generasi ini, sementara waktu terus berjalan tanpa terasa anak-anak dengan cepat telah beranjak dewasa dan kita sudah kehilangan kesempatan?
- Gembalakan dengan hati
Artinya dengan hati adalah menggembalakan dengan kasih. Dalam 1 Korintus 13 sudah jelas apa itu kasih yang diinginkan Tuhan dalam kehidupan ini. Itu juga berlaku saat kita akan menggembalakan anak-anak.
- Gembalakan dengan waktu
Berikan waktu bagi anak-anak bersama dengan saudara. Waktu untuk bercerita, waktu untuk bermain, waktu untuk berdiskusi, dan waktu untuk mendengarkan mereka. Gereja juga berikan waktu untuk anak-anak, sesekali gembala menyampaikan Firman Tuhan di sekolah minggu, atau menyediakan waktu untuk mendoakan anak-anak setiap kali ibadah. Menyediakan waktu juga menunjukkan perhatian dan prioritas. Jadikan anak-anak menjadi perhatian dan prioritas saudara.
- Gembalakan dengan teladan
Memberikan teladan. Bagi anak dan remaja mereka memerlukan sosok atau figur nyata yang bisa menjadi panutan dalam menghadapi tantangan yang mereka sedang hadapi sehari-hari. Bukan omelan dan hukuman, bukan pula pukulan dan penghakiman tetapi keteladanan hidup. (Roma 2:21,22)
- Gembalakan dengan sentuhan
Yesus melakukan sentuhan pada anak-anak saat mereka datang padaNYA. Yesus tahu arti sebuah pelukan bagi anak-anak. (Markus 9:36, 10:16). Sentuhan akan memberikan dampak positif untuk kepribadian dan perkembangan karakter. Belaian, pelukan, dan ciuman.
- Gembalakan dengan Firman
Firman adalah penuntun hidup yang mengajar, mendidik, memberikan arah. Anak dan remaja harus mendapatkan makanan Firman setiap hari (2 Timotius 3:16). Menjadi catatan adalah bagaimana Firman itu tetap hidup dalam hati mereka bukan hanya sekedar “moralitas” yaitu mempertemukan mereka secara pribadi kepada Kristus. Yesus Kristus adalah Firman itu sendiri, sang Gembala Agung yang memiliki domba-domba, yaitu anak-anak kita. Generasi masa depan.
Jangan pernah biarkan anak-anak kita digembalakan oleh dunia dengan segala tipu dayanya, marilah selamatkan generasi ini dengan mengembalikan fungsi penggembalaan pada orangtua dan gerejaNya.
[1] www.childwise.co.id
[2] Nielsen Media Reasearch survei pada anak di bawah usia 10 tahun di 10 kota besar di Indonesia.
[3] Berbagai sumber media surat kabar Jawa Post (28,29 Nov 2006, 1,2, 3 Desember 2006)
No Comments