Pendidikan Seks Anak Berkebutuhan Khusus

autisJawa Post edisi Kamis, 9 Oktober 2014 memuat berita yang mengejutkan, seorang remaja Autis disodomi seorang pria (41 tahun) di Kota Pasuruan. Peristiwa itu terjadi tanggal 7 September. Pria itu mengaku bahwa sudah lama tidak dilayani secara batin oleh istrinya, hingga akhirnya tega menyodomi remaja autis tersebut. Kasus ini hanya satu dari sekian banyak kasus lain.

 

Ini bisa terjadi pada kasus anak Autis karena:

 

  1. Anak Autis tidak mengerti atas apa yang harus dilakukan dan reaksi orang lain.
  2. Orang tua kurang membekali masa remaja di dalam pendidikan seks sejak dini.
  3. Kesadaran masyarakat yang kurang dan justru memanfaatkan mereka untuk kepentingan mereka.

 

                                                                                     PENDIDIKAN SEKS

 

Pendidikan seks pada anak berkebutuhan khusus sangat penting. Pendidikan ini untuk pembekalan masa depan mereka Untuk memberikan pembekalan di masa depan mereka, khususnya saat remaja hingga dewasa nanti. Pembekalan pendidikan seks sangat efektif  dimulai sejak dini. Usia 3 tahun mereka dapat diberikan pembekalan, tentu sesuai dengan usia perkembangannya.

 

Hal-hal yang perlu kita berikan kepada anak-anak sejak dini adalah :

  1. Pisahkan tempat tidur Anak dengan tempat tidur Orang tua
  2. Saat anak BAK/BAB (Buang air kecil/besar) harus mulai dibiasakan di toilet yang sesuai dengan jenis kelaminnya (pendampingan anak laki-laki dengan ayahnya dan anak perempuan dengan ibunya)
  3. Mencium anak di saat-saat khusus, misal waktu pagi hari atau saat menjelang tidur.
  4. Persiapkan gambar visualisasi dan perkenalkan sejak dini tentang mimpi basah pada anak laki-laki, dan untuk anak perempuan dikenalkan dengan bikini atau pakaian renang sambil bercerita bahwa Itu adalah area yang tidak boleh disentuh oleh orang lain, Kecuali dokter dan itupun juga harus didampingi oleh orang tua.
  5. Pemahaman akan fungsi-fungsi setiap organ atau anggota tubuh. (Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki termasuk organ-organi vital). Demikian juga dengan labeling (penyebutan ). Berikan pemahaman dengan benar sesuai dengan bahasa ilmiah misalnya: PENIS (laki-laki) atau VAGINA (perempuan).
  6. Beri pemahaman akan rasa malu. Rasa malu memiliki definisi yang luas, berikan pemahaman yang mudah terlebih dahulu kepada anak-anak bahwa malu adalah saat telanjang tidak memakai baju dan celana saat keluar kamar mandi atau kamar. Kemudian tingkatkan malu yang lebih luas, misalnya: malu saat teriak di tempat umum, malu saat menggaruk penis/vagina di tempat umum.
  7. Latih dan visualisasikan urutan mandi di dalam kamar mandi, mulai dari kegiatan lepas baju, penggunaan sabun, bilas, kembali mengenakan pakaian.
  8. Perkenalkan dan pemahaman orang di sekitarnya. Orang dekat atau orang asing. Misal: Orangtua, orang yang merawat, mendidik, dan melindungi. Sopan dan hormati mereka.

Jika ada perlakuan negatif (tidak nyaman bagi dirinya), ajari untuk menolak dengan “BERTERIAK” (ekspresi marah) atau lari menjauh. Selain dengan cerita kita mengajarinya, juga dapat menciptakan situasi yang membuat anak marah ( sedikit usil ke mereka). Karena bila kita sedikit usil pada anak, secara tidak langsung kita sudah melatih anak dan tahu apa yang harus mereka lakukan secara spontan jika hal itu dikerjakan oleh orang lain.

  1. Bekali dengan visualisisasi lingkaran sosial, seperti di bawah ini:

autism 2

 

Lingkaran ke 1 nama anak.

Lingkaran ke 2 yaitu: anggota keluarga inti, ayah, ibu, kakak, adik. Anggota keluarga ini boleh mencium pipi anak, memeluk, memandikan saat sakit, tidur di tempat tidur berama-sama, menyentuh bahu, menggandeng, minta uang, dsb.

Tidak boleh dilakukan: cubit pantat, sentuh alat kelamin/organ seks sendiri yang lain atau orang lain, menyentuh kepala ayah/ibu, buang air tanpa menutup pintu kamar mandi, masuk kamar tanpa mengetuk pintu, membentak, dsb.

Lingkaran ke 3 yaitu: anggota keluarga yang terdekat seperti kakek/nenek, sepupu, paman/bibi. Boleh dilakukan: mencium pipi, memeluk, menggandeng, bersalaman, minta tolong, menyentuh bahu, dll.

Tidak boleh dilakukan: sama seperti lingkaran ke 2 ditambah tidak boleh meminjam uang.

lingkaran ke 4 yaitu: teman di sekolah, guru kelas dan terapi, pembantu, tetangga, tukang kebun, dll. Boleh dilakukan: bersalaman, menyentuh bahu, menggandeng, minta pertolongan. Tidak boleh dilakukan: mencium pipi.

Lingkaran terakhir adalah lingkaran yang terluar yaitu: orang-orang tak dikenal atau orang asing. Informasikan pada anak kelompok ini ada 2 jenis, yaitu orang yang jahat dan yang baik. (dokter, polisi, satpam, penjaga toko, dll). Mereka yang baik adalah orang yang kita hubungi saat kita membutuhkan pertolongan atau pada saat kita berada dalam bahaya. Orang asing yang jahat adalah orang-orang yang tidak dikenalkan pada anak, misalnya orang yang lalu lalang di jalan, anak-anak muda yang bergerombol di luar.

 

cara-mengajari-anak-membacaDengan adanya lingkaran sosial ini diharapkan kita dapat mengajarkan anak etika sopan santun, baik di rumah maupun di luar rumah. Anak dapat memahami secara visual, sehingga mempermudah anak dalam mengingat bagaimana seharusnya anak bersikap di masyarakat. Sebagai catatan tetap sesuaikan dengan kehidupan dan perkembangan anak.

 

Tidak mudah bagi kita dan anak-anak untuk menghadapi lingkungan dan masyarakt yang majemuk ini. Bagi Allah tidak demikian, Mazmur 62: 1-2 “..hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah Gunung batuku dan keselamatanku, kota benteng ku, aku tidak akan goyah.” Kedekatan kita dengan Tuhan memberikan jaminan ketenangan, keselamatan, kekuatan, dan perlindungan.

No Comments

Enroll Your Words

To Top